Bimbingan Teknis Konservasi

Masih ada sebagian dari masyarakat kita yang menggunakan buah lerak untuk mencuci kain batik, setelah itu dijemur di keteduhan (tidak langsung kena sinar matahari), supaya warnanya tidak pudar. Untuk perawatan rutin, mereka juga kadangkala meng-angin-angin-kan kain supaya tidak lembab dan tidak berjamur, serta penggunaan akar wangi untuk mengusir serangga. Tradisi lain yang tidak kalah menarik adalah penggunaan jeruk nipis untuk mencuci benda-benda pusaka terbuat dari logam, dan membersihkan lukisan kotor (debu) dengan roti tawar.
Tradisi atau kebiasaan yang masih berlangsung seperti diatas dapat disebut sebagai tindakan konservasi, karena konservasi bisa diartikan sebagai usaha untuk mengatasi (kuratif), memperbaiki (restoratif) dan mencegah kerusakan sesuatu agar tetap lestari (preventif). Sedangkan orang yang melaksanakan pekerjaan konservasi ini dulu disebut sebagai juru rawat atau juru pelihara, yang saat ini disebut sebagai konservator.
Namun demikian pekerjaan konservasi (baik secara tradisional atau bukan) dikatakan efektif dan dapat dipertanggung-jawabkan harus memenuhi persyaratan. Dengan Bimbingan Teknis Bidang Konservator yang merujuk pada Kepmennaker No. 88 Tahun 2021 tentang SKKNI [pp. 75-100] dan Permendikbud No. 8 Tahun 2015 tentang Ikhtisar dan Uraian Tugas Konservator [pp.227-230; 233-235] diharapkan dapat menghasilkan tenaga terampil yang memenuhi persyaratan dan berkualifikasi profesi konservator.

One Reply to “Bimbingan Teknis Konservasi”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *